Asset & Liabilities pada Bank

Selamat malam minggu. Pada kesempatan kali ini saya ingin menulis tulisan mengenai tugas mata kuliah Sistem Informasi Asuransi dan Keuangan. Topik kali ini yaitu tentang... apa ya pokoknya lanjut aja deh..

Izinkan saya berbicara sedikit tentang Bank. Bank merupakan tempat yang biasa kita kunjungi untuk melakukan bermacam-macam transaksi, misalnya menabung ataupun meminjam uang.

Dalam akuntansi, pasti kalian sering mendengar 2 kata yaitu Asset dan Liabilities. Nah, bank juga memiliki struktur neraca bank yang berkaitan dengan 2 faktor tersebut, yaitu aktiva (assets) dan kewajiban (liabilities). Menurut sumber, Asset itu adalah nilai dari sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan. Yang dapat dimasukkan ke dalam kolom asset salah satunya adalah gedung atau bangunan. Jadi kalau suatu perusahaan memiliki gedung senilai satu miliar rupiah, maka asset yang dihitung adalah satu miliar rupiah itu. Selain gedung, yang bisa dihitung sebagai asset bisa termasuk: merk dagang, paten teknologi, uang kas, mobil, dll. Sedangkan Liability adalah nilai dari hutang yang dimiliki oleh perusahaan, baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satu contoh liability adalah jika perusahaan meminjam uang ke pihak Bank atau ke partner bisnis.

Oke, kita coba analisis bagian Liabilitas terlebih dahulu.
Dalam liabilitas terdapat 3 bagian. Yang pertama yaitu deposit. Deposit ini bersumber dari dana masyarakat, yaitu berupa deposito (Time Deposit), tabungan (Saving Deposit), dan giro (Demand Deposit). Kemudian yang kedua yaitu Securities. Securities ini didapat dari pasar modal, yaitu berupa obligasi. Dan yang ketiga yaitu Capital. Capital ini merupakan dana yang bersumber dari pemilik modal, yaitu berupa modal disetor, laba ditahan, dan stock.
Bank Indonesia
Selanjutnya asset. Jadi di dalam Asset ini bagaimana perusahaan nantinya mengalokasikan dana alias dialokasikan kemana saja dana tersebut. Assetsnya yaitu berupa kredit / LOAN. Kredit / LOAN ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu Kredit investasi, komersial, dan konsumtif. Selain dalam bentuk kredit, masih ada lagi yaitu dalam bentuk kas dan simpanan di Bank Indonesia (BI). Setiap bank harus memiliki simpanan di BI sebesar minimal 8% dari total deposit yang dimiliki bank tersebut. Dari situ, bank juga harus memenuhi faktor likuiditas dan kliring.

Studi Kasus
Dikisahkan ada dua anak muda yang bernama Ajy dan Anna. Mereka bersahabat sejak SMA. Tak lama kemudian, Ajy dan Anna dipertemukan kembali di bangku kuliah. Suatu waktu Anna menawarkan barang kepada Ajy, dan barang yang ditawarkan itu adalah sebuah gitar dengan model cut away yang pernah dimainkan duo pemusik dari Jepang, Depapepe, saat bermain di Indonesia beberapa tahun lalu. Gitar tersebut dibeli oleh Anna pada saat itu. Karena Ajy merupakan salah satu penggemar fanatik Depapepe, maka Ajy berniat untuk membeli gitar tersebut dari Anna.

Gitar impian gue (kiri)
Singkat cerita, Ajy berkunjung ke rumah Anna untuk membicarakan transaksi gitar tersebut. Setelah melewati proses tawar menawar yang cukup lama, Anna sepakat menjual gitar tersebut dengan harga 10 Juta Rupiah. Karena pada saat itu Ajy tidak membawa uang tunai, Ajy langsung membuatkan sebuah cek kepada Anna dengan bertuliskan nominal uang 10 Juta Rupiah. Setelah itu Ajy pulang ke rumahnya dengan hati gembira sambil membawa gitar impiannya tersebut.

Ajy memiliki rekening di Siti Bank dalam bentuk giro sebesar 100 Juta, sedangkan Anna tidak di Bank yang sama dengan Ajy, melainkan di Naib Bank. Kemudian Anna berniat untuk mencairkan cek dari Ajy untuk dituangkan ke dalam uang tunai. Otomatis ia menuju Naib Bank, karena ia merupakan nasabah di bank tersebut. Anna meminta pegawai bank untuk mencairkan cek tersebut menjadi uang tunai 10 Juta. Pegawai Bank melihat bahwa terdapat perbedaan Bank antara Bank sumber (Ajy - Siti Bank) dengan Bank tujuan (Anna - Naib Bank). Namun yang menjadi pertanyaan, apakah transaksi (pencairan) tersebut dapat dilakukan? Bisa. Syaratnya harus ada bank perantara diantara keduanya. Maka dipilihlah Bank Indonesia sebagai perantara.

Masing-masing bank, yaitu Siti Bank dan Naib Bank, memiliki sejumlah Asset sebesar 20 Juta. Proses pencairan tersebut dilakukan. Secara otomatis, Asset di Siti Bank berkurang, dari yang tadinya 20 Juta menjadi 10 Juta. Sedangkan Asset di Naib Bank bertambah, menjadi 30 Juta. Proses yang secara otomatis tersebutlah yang dinamakan RTGS (Real Time Gross Settlement).

Studi Kasus Lainnya
Lama kelamaan Ajy dan Anna menjadi semakin dekat. Dari yang tadinya hanya saling menyapa saat bertemu di kampus, sekarang menjadi lebih sering bersama. Semua kegiatan di kampus mereka lalui bersama-sama, mulai dari mengerjakan tugas, bertukar-pikiran, hingga berangkat dan pulang kuliah-pun mereka selalu bersama. Pada suatu waktu, tibalah saat dimana hari ulang tahun Ajy semakin dekat. Anna, yang pada saat itu (mungkin) memendam perasaan kepada Ajy, ingin memberikan satu kenang-kenangan di hari ulang tahun Ajy, yaitu berupa uang tunai 30 Juta.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Apa Itu Kaskus

3 Tingkatan Cinta dan Berbagai Bentuk Cinta

Apa itu Desk Checking? Pengecekan Meja-kah?