Berkunjung ke Perpustakaan milik "Kampus Tetangga"
Tadi siang, saya bersama rekan saya, Tatang Panji, baru saja mengunjungi perpustakaan milik Universitas Indonesia (UI). Kebetulan saat itu saya sedang berada di kampus D Universitas Gunadarma, yang terletak di Depok dan tepat bersebelahan dengan kampus UI. Mungkin saya lebih enak menyebut kampus UI tersebut dengan sebutan "Kampus Tetangga".
Dari kejauhan, gedung perpustakaan tersebut pun terlihat megah sekali. Bukan main. Mungkin karena terlalu seringnya saya berkunjung ke perpustakaan kampus sendiri yang terbilang "Sedikit kalah dibanding kampus tetangga tersebut", saya jadi sedikit terkagum-kagum akan pemandangan tersebut. Hingga akhirnya muncul rasa penasaran saya untuk mencoba memasuki gedung tersebut.
ini gedung perpustakaan yang dimaksud (sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Perpustakaan_Pusat_Universitas_Indonesia.jpg) |
Setelah berada di dalam gedung tersebut, suasana yang saya lihat yaitu tampak seperti suasana di mall. Ada beberapa tempat makan, kafe, dan toko buku kecil pun ada juga disana. "Dimana perpustakaannya?", pikir saya dalam hati. Ternyata pemandangan tadi hanyalah sebuah pengantar menuju tempat perpustakaan.
Sesampainya di dalam, pengunjung perpustakaan diwajibkan untuk mengisi daftar kehadiran. Karena status saya sebagai "Bukan mahasiswa UI", maka saya diwajibkan untuk menyertakan KTP dan mengeluarkan uang sebesar 5000 rupiah (baca : rekan saya yang mengeluarkan uang. 1 untuk berdua. Makasih Tang!). Sebagai gantinya saya diberikan tanda pengenal sebagai visitor.
Langsung saja saya menuju tempat penitipan tas. Karena memang seperti kebanyakan perpustakaan pada umumnya, tas pun harus selalu dititipkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saat saya sampai di tempat penitipan tas, peristiwa yang terlihat cukup menggelitik pun tiba-tiba muncul. Mengantri. Mengantri ini bukan sembarang mengantri. Awalnya saya pikir ini antrian biasa, transaksi untuk penitipan loker. Namun antara pengantri yang paling depan dengan petugas loker sepertinya tidak melakukan pembicaraan sedikit pun. Setelah saya amati lebih lanjut ternyata pengantri yang paling depan tersebut sedang menunggu kunci loker yang entah kemana, karena semua loker sudah terisi dengan tas para pengunjung. Iya, dan ini benar terjadi. Alhasil, para pengantri pun harus menunggu siapapun pengunjung yang hendak mengembalikan kunci loker (baca : meninggalkan ruang perpustakaan). Agak sedikit unik, dan sepertinya minat baca para mahasiswa tersebut sudah mulai bertambah, hmm atau mungkin loker tersebut yang harus ditambah.
Tiba giliran saya berada di antrian paling depan. Sambil bernyanyi lirih lagu "Dinda Dimana" ciptaan Katon Bagaskara. Berikut liriknya.
Dinda… di manakah kau berada
Rindu aku ingin jumpa
Meski lewat nada
Mungkin karena disesuaikan dengan situasi tersebut, liriknya berubah menjadi seperti ini.
Kunci loker… di manakah kau berada
Rindu aku ingin genggam
Tanpa lewat antri
Tak lama kunci loker itu pun datang. Langsung saja saya bergegas untuk meletakkan barang bawaan saya, kemudian melanjutkan perjalanan saya untuk memasuki ruang perpustakaan tersebut.
(sumber : anakui.com) |
Ruangan yang pertama saya kunjungi yaitu ruang perpustakaan yang berada di lantai 2. Saya perhatikan buku-buku yang ada di perpustakaan ini bisa dibilang komplit. Beberapa buku terbitan o'reilly ada juga disana.
Desain ruangannya pun cukup unik. Ada lantai di atas lantai yang dapat dipijaki, dengan topangan besi dan kayu, sehingga beberapa rak buku dapat diletakkan di lantai tersebut. Hal ini sepertinya untuk pemanfaatan tempat, karena memang buku-buku di dalam sana sangat buanyaakkk sekali. Bagi kalian yang memiliki hobi membaca buku, tempat ini bisa dijadikan salah satu tempat favorit untuk menambah (lagi) ilmu pengetahuan.
ruang perpustakaan (sumber : triwidowati.blogspot.com) |
Di dalam juga ada beberapa komputer Mac yang dapat digunakkan untuk mencari topik buku yang ada di ruang perpustakaan tersebut. Pencarian buku tersebut tersambung ke alamat situs Perpustakaan Universitas Indonesia. Di komputer tersebut hanya dapat terkoneksi ke alamat situs perpustakaan. Saya sempat mencobanya untuk mengakses beberapa situs, seperti Google dan Facebook, dan ternyata browser menampilkan pesan error. =)
komputer yang ada di dalam ruangan (sumber : moertiannisa.blogspot.com) |
Dari ruangan perpustakaan yang berada di lantai 2, saya hendak berpindah ke ruangan lain yaitu ruang referensi yang berada satu lantai diatasnya. Di dalam ruang referensi ini terdapat beberapa skripsi mahasiswa alumni yang memang sengaja diletakkan di ruang tersebut untuk memberi gambaran mahasiswa tentang skripsi tersebut. Dari beberapa skripsi yang ada mungkin dapat menginspirasi kita untuk menentukan judul yang tepat. Atau mungkin kita dapat mengembangkan salah satu skripsi yang ada, dalam artian melanjutkan apa yang ada di dalam bagian "Saran" dari skripsi tersebut.
Setelah puas mengeksplorasi beberapa ruang perpustakaan dan tak sadar dengan waktu yang terus berjalan, saya memutuskan untuk mengakhiri kunjungan saya ke perpustakaan milik "Kampus tetangga" tersebut. "Hoammmm, saatnya kita pulangggg".
Ruang baca adalah segalanya. Ruang untuk menimba berbagai macam ilmu dan pengetahuan. Benar-benar amazing.
Comments
Post a Comment