Puisi Pengolahan Citra
Wahai Adinda, tadi aku baru saja mempelajari mengenai teknik pengolahan citra. Tidak tahu kenapa tiba-tiba aku teringat dirimu.
Andaikata dirimu adalah citra, masih perlukah pengolahan citra ini kuterapkan kepadamu ? Untuk memperbaiki kualitas dirimu, yang awalnya “image” menjadi “better image”. Agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Andaikata dirimu adalah citra, masih perlukah teknik image enhancement ini kuterapkan kepadamu ? Untuk memperbaiki tingkat kecerahan dan kekontrasan yang ada pada dirimu, agar menjadi semakin indah saat dipandang mata.
Andaikata dirimu adalah citra, masih perlukah kuteliti histogram yang melekat pada dirimu ? Untuk menganalisis citra yang kau miliki, apakah cenderung gelap, cenderung terang ataupun sudah merata penyebarannya. Dan proses tersebut tidak semudah yang kau kira. Aku harus mengkonversi kamu terlebih dahulu ke dalam format grayscale melalui perhitungan “grayscale = 0,33 RED + 0,56 GREEN + 0,11 BLUE”, kemudian menentukan nilai intensitas pixel yang terdapat pada dirimu, dan terakhir pembentukan histogramnya.
Andaikata dirimu adalah citra, masih perlukah kuterapkan ribuan teknik pengolahan citra lainnya?
Tapi setelah aku pikir lebih lanjut. Aku rasa tidak perlu...
Citra yang satu ini sangat berbeda sekali bila dibandingkan dengan yang lainnya. Aku pikir citra yang sempurna itu membutuhkan banyak sekali proses, puluhan ratusan bahkan ribuan proses. Tapi ternyata selama ini aku salah. Engkau muncul dengan apa adanya dan sungguh itu terlihat sangat alami. Dengan kesederhanaan yang kau miliki, kau masih terlihat lebih indah bila dibandingkan citra-citra lainnya.
Wahai Adinda, tolong buktikan kepada semua orang bahwa citra yang benar-benar sempurna itu memang ada. Ya.. Citra itu adalah dirimu..
Comments
Post a Comment