Mahasiswa dan Fenomena Remedial

Dari jutaan kata yang ada, diantaranya terdapat beberapa kata yang dianggap tabu untuk diperbincangkan. Kata yang dimaksud yaitu kata "remedial", apalagi bagi segelintir mahasiswa.

Hmm, atau jangan-jangan diantara kalian (para mahasiswa) ada juga yang tidak tahu apa itu arti kata remedial.

"Remedial. Apaan tuh?"

Kalau memang ada, saya bisa memakluminya. Pasti mahasiswa tersebut sangat genius plus rajinus yang sama sekali belum pernah mengikuti remedial bahkan mendengar katanya pun ia tak pernah. 

"Aahhh, pasti enak ya jadi mahasiswa yang seperti itu."

Seperti yang sudah kalian tahu, remedial itu adalah sesuatu yang berhubungan dengan perbaikan. Lalu apa yang diperbaiki? Kalau di awal saya membicarakan mengenai mahasiswa, berarti sudah bisa ditebak tentunya apa yang diperbaiki. Nilai. Iya, nilai..

Wahh, udah pasti remed nih.
Seringkali, nilai ujian menjadi acuan para dosen dalam menilai kemampuan para mahasiswanya. Tak salah memang. Karena memang tak ada cara lain. 

Gak mungkin kan, apabila dosen harus mengenal lebih jauh mengenai mahasiswanya dan ia harus tahu juga seberapa detail penyerapan materi mata kuliah yang mahasiswanya sudah dapat, (ibaratnya) sampai ke akar-akarnya. Tentunya penilaian yang tepat, ya tadi.. Melalui sistem ujian.

Tetapi lucunya, tetap saja ada yang menjadi "korban" dari tantangan yang bernama "ujian" tersebut.

Mahasiswa, yang tadinya saat proses belajar sangat antusias sekali terhadap materi perkuliahan saat itu, tiba-tiba saat ujian ia mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. Selidik punya selidik, ternyata mahasiswa tersebut sedang dalam kondisi kurang fit saat melaksanakan ujian tersebut.

Ada lagi, mahasiswa yang saat perkuliahan pun ia sudah malas-malasan, namun saat dilihat hasil ujiannya ternyata ia mendapatkan hasil yang terbaik. Bukan main.

Dari 2 kondisi di atas, tentunya saya lebih memilih mahasiswa yang pertama. Namun, yang disayangkan hanyalah kondisi akhirnya saja, saat mengikuti ujian ternyata ia sedang kurang sehat. Terlepas dari mahasiswa yang pertama, yang paling berbahagia tiada lain tiada bukan ya mahasiswa yang kedua. Yah, memang faktor "luck" itu tak dapat diduga.

Ohya, alasan saya menulis remedial ini apa ya?
Mungkin kalian beranggapan saya "kena remed"?
Ah sudahlah. Tetapi saya akui, pemahaman saya mengenai materi perkuliahan yang bersangkutan pun kurang saya kuasai sepenuhnya. Segala sesuatu (katanya) ada resikonya tersendiri. Dan ternyata itu benar terjadi. Saya anggap sebagai pelajaran agar saya tidak mengulanginya lagi.

Mungkin ada sedikit informasi nih bagi kalian yang mengikuti remedial.
"Soal remedial biasanya sama kok seperti soal ujian." =P

Apapun soal remedialnya, tetap semangat kawan-kawan mahasiswa.

Comments

Popular posts from this blog

3 Tingkatan Cinta dan Berbagai Bentuk Cinta

Apa Itu Kaskus

Persamaan Harapan dan Cita cita